backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

4

Tanya Dokter
Simpan

7 Hal yang Perlu Diketahui Jika Ingin Donor Organ

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/07/2023

    7 Hal yang Perlu Diketahui Jika Ingin Donor Organ

    Butuh pertimbangan yang panjang bagi banyak orang saat memutuskan untuk melakukan donor organ. Prosedur ini juga kerap dianggap sebagai hal yang menakutkan dan berisiko tinggi.

    Padahal, banyak orang yang sangat membutuhkan donor organ seperti ginjal, hati, jantung, dan lain-lain. Nah, bila Anda berpikiran untuk melakukannya, berikut adalah fakta-fakta yang perlu Anda tahu sebelum melakukan donor organ.

    Hal yang perlu diketahui seputar donor organ

    donor organ

    Mengutip dari Cleveland Clinic, donor organ adalah proses pembedahan dengan mengeluarkan organ atau jaringan dari pendonor dan menempatkannya ke penerima donor.

    Dalam prosedur ini, transplantasi organ perlu dilakukan karena organ penerima gagal atau rusak karena kondisi kesehatan tertentu.

    Tak bisa sembarangan, sebelum memutuskan untuk menjadi pendonor organ, berikut beberapa hal yang perlu Anda tahu tentang prosedur donor organ.

    1. Kandidat pendonor organ

    Hampir semua orang dari segala usia berpotensi untuk melakukan donor organ, baik saat hidup maupun setelah meninggal.

    Apabila Anda setuju akan mendonorkan organ nanti setelah meninggal, dokter akan mengevaluasi riwayat medis dan usia Anda.

    Sementara itu jika Anda menjadi pendonor ketika masih hidup, Anda akan diperiksa apakah memiliki hubungan darah atau tidak.

    Organisasi yang bertanggung jawab mengenai prosedur donor organ akan menentukan apakah Anda layak menjadi kandidat pendonor.

    Penting untuk diketahui!

    Sebelum menjadi pendonor, beri tahu tim medis jika Anda mempunyai kondisi kesehatan seperti kanker, HIV, diabetes, penyakit ginjal, hingga jantung.

    2. Langkah untuk menjadi pendonor organ

    Jika Anda berencana menjadi pendonor ketika nanti mati, maka Anda bisa mendaftarkan diri pada organisasi tertentu sebagai kandidat pendonor seperti Komiter Transplantasi Nasional untuk di Indonesia.

    Anda akan diminta mengisi formulir untuk mendapatkan kartu tanda pendonor. Ini adalah salah satu cara legal untuk memberikan persetujuan donor organ, jaringan, dan donor mata.

    Jika ingin mendonor organ ketika masih hidup, Anda dapat membicarakannya ke tim medis transplantasi organ atau mendaftar ke rumah sakit yang membutuhkan.

    Sebaiknya, beri tahu keluarga mengenai keinginan serta keputusan Anda untuk menjadi pendonor sehingga nantinya tidak ada kesalahpahaman.

    3. Golongan darah dan tipe jaringan dari pendonor turut jadi pertimbangan

    Bagi para penerima transplantasi, lebih mudah untuk mendapatkan organ dari orang yang memiliki golongan darah dan tipe jaringan yang sama.

    Itulah mengapa golongan darah dan tipe jaringan dari pendonor turut jadi pertimbangan untuk mendonorkan organ.

    Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi kemungkinan tubuh penerima donor menolak organ baru tersebut.

    Biasanya, tim medis akan melakukan rangkaian tes terlebih dahulu untuk menentukan apakah golongan darah dan tipe jaringan pendonor cocok oleh penerima transplantasi organ.

    4. Menjadi pendonor adalah sukarela

    Perlu Anda ketahui bahwa prosedur donor organ adalah sesuatu hal yang tidak ada paksaan sebelumnya.

    Sesuai peraturan dari Kementerian Kesehatan bahwa setiap orang dapat menjadi pendonor secara sukarela tanpa meminta imbalan.

    Membayar atau jual beli organ adalah hal yang dilarang keras di Indonesia. Hukum ini diatur dalam Undang-undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009.

    Berdasarkan undang-undang tersebut, tidak adanya unsur jual beli organ juga menjadi salah satu syarat kelayakan seseorang sebagai pendonor.

    5. Risiko setelah mendonor organ

    Perlu Anda ketahui bahwa saat masih hidup pun Anda dapat mendonorkan beberapa organ tubuh pada yang membutuhkan.

    Namun, sama halnya dengan prosedur medis lain, donor organ juga tak lepas dari risiko. Risiko yang timbul dapat bersifat jangka pendek dan jangka panjang.

    Kondisi medis yang muncul juga bergantung pada organ mana yang didonorkan. Misalnya, bila Anda mendonorkan ginjal, Anda mungkin akan lebih berisiko mengalami gagal ginjal di kemudian hari.

    Sedangkan beberapa efek samping yang umum terjadi setelah operasi adalah nyeri, infeksi, perdarahan, hernia, dan pembekuan darah. Dalam kasus yang jarang, donor organ bisa berisiko kematian.

    6. Keputusan untuk menjadi pendonor organ

    Pikirkan dengan matang tentang keuntungan dan risiko dari mendonorkan organ sebelum Anda memutuskan untuk menjadi pendonor.

    Sangat penting untuk mendapatkan informasi yang lengkap sebelum Anda mengambil keputusan.

    Bicarakan dengan tim medis tentang prosedur, langkah operasi, dan kesehatan pada masa mendatang setelah mendonor organ.

    Hal yang paling penting adalah, ingat selalu bahwa keputusan ini datang dari diri sendiri. Jangan biarkan orang lain memengaruhi keputusan Anda.

    7. Emosi setelah menjalani donor organ

    Biasanya, pendonor organ yang masih hidup merasa puas akan keputusannya karena merasa sudah membantu orang lain.

    Meskipun terkadang transplantasi organ tidak berhasil, para pendonor tetap merasa positif karena merasa sudah melakukan yang terbaik.

    Akan tetapi, tetap saja ada kemungkinan bahwa Anda akan merasa menyesal atau bingung dengan perasaan sendiri setelah mendonor organ.

    Biasanya, ini terjadi akibat dari hasil transplantasi organ yang tidak sesuai ekspektasi atau memang dari awal pendonor masih ragu dengan keputusannya.

    Menyumbangkan organ juga bisa menimbulkan efek secara mental seperti mengalami kecemasan atau depresi.

    Bila Anda masih memiliki pertanyaan lainnya seputar pendonoran organ, atau membutuhkan pertimbangan lainnya, konsultasikan pada dokter atau organisasi yang mewadahi program ini.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Atifa Adlina · Tanggal diperbarui 07/07/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan